BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.
Kreativitas belajar terdiri dari
dua kata yaitu kreativitas dan belajar, dalam pengertian kreativitas beberapa
ahli berpendapat dengan berdasarkan latar belakang dan kebudayaan yang
berbeda-beda,diantaranya sebagai berikut : James R. Evans mendefinisikan
kreativitas sebagai ketrampilan untuk menentukan pertalian baru, melihat subyek
dari perspektif baru dan membentuk kombinasi-kombinasi baru dari dua atau lebih
konsep yang telah tercetak dalam pikiran.
Untuk dapatmelahirkan kreativitas, seseorang harus
dapat memanfaatkan kedua sifat otak (kiri dan kanan). Otak kiri yang bersifat
logika, berurutan, lisan, pertambahan, dan dominan. Sedangkan otak kanan
bersifat emosi, lompatan, visual, menyeluruh, dan tersembunyi. Akhir-akhir ini,
istilah otak kanan telah digunakan sebagai cara popular untuk menyatakan
kreatif, artistik, dan rapi. Kreativitas muncul dari interaksi yang luar biasa
antara kedua otak.Kreativitas adalah suatu ketrampilan
B.
Rumusan Masalah.
1. Apa
Pengertian belajar kreatif ?
2. Bagaimana Liputan proses belajar kreatif ?
3. Mengapa belajar kreatif itu penting ?
4. Apa saja Tiga tingkat belajar kreatif (model triffinger)?
C.
Tujuan Masalah.
Adapun tujuan pembuatan makalah ini untuk menambah wawasan tentang arti
belajar kreatif,liputan proses belajar kreatif,dan mengapa belajar kreatif itu
penting serta apa saja tingkat belajar kreatif.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian belajar kreatif
Kreativitas belajar
terdiri dari dua kata yaitu kreativitas dan belajar, dalam pengertian
kreativitas beberapa ahli berpendapat dengan berdasarkan latar belakang dan
kebudayaan yang berbeda-beda,diantaranya sebagai berikut : James R. Evans
mendefinisikan kreativitas sebagai ketrampilan untuk menentukan pertalian baru,
melihat subyek dari perspektif baru dan membentuk kombinasi-kombinasi baru dari
dua atau lebih konsep yang telah tercetak dalam pikiran.
1. Kreativitas memerlukan adanya modal, yaitu konsep
dalam pikiran untuk dilahirkan kembali dalam bentuk yang berbeda. Dalam
pemecahan masalah, dia tidak harus mencari jawaban baru tetapi dia hanya perlu
menggali informasi-informasi dalam pikirannya untuk dikaitkan dan dituangkan
dalam bentuk solusi terhadap problem tersebut. Sedangkan Rogers menekankan
bahwa sumber dari kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan
diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang, dan menjadi matang,
kecenderungan untuk mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan organisme.
2. Kreativitas dapat dinilai ketika hal tersebut tertuang
dalam suatu tindakan nyata, ketika pemikiran baru belum dituangkan, maka itu
adalah proses menuju kreativitas. Jadi, kreativitas tetaplah berpusat di otak
manusia, kreativitas terjadi karena keseluruhan bagian otak bekerja secara
bersamaan, terpadu pada satu waktu tertentu dengan tetap melakukan spesialisasi
masing-masing, otak dengan sigap menanggapi setiap informasi yang masuk. Kadar
pengelolaan otak akan sangat menentukan tingkat kreativitas seseorang, karena
itu otak harus dilatih, tidak hanya dengan makanan bergizi tapi dengan latihan
berfikir yang terus-menerus.
3. Untuk dapatmelahirkan kreativitas, seseorang harus
dapat memanfaatkan kedua sifat otak (kiri dankreativitas kanan). Otak kiri yang
bersifat logika, berurutan, lisan, pertambahan,dan dominan. Sedangkan otak
kanan bersifat emosi, lompatan, visual, menyeluruh, dan tersembunyi.
Akhir-akhir ini, istilah otak kanan telah digunakan sebagai cara popular untuk
menyatakan kreatif, artistik, dan rapi. Kreativitas muncul dari interaksi yang
luar biasa antara kedua otak.Kreativitas adalah suatu ketrampilan.
B.
Liputan proses
belajar kreatif
Beberapa hal yang
perlu diperhatikan oleh seorang guru yang professional dalam menyusun program
pembelajaran yang dapat meningkatkan
kreativitas siswa dalam belajar yaitu:
1. Menciptakan lingkungan di dalam kelas yang merangsang
belajar kreatif
a. Memberikan Pemanasan
Sebelum memulai dengan kegiatan
yang menuntut prilaku kreatif siswa sesuai dengan rencana pelajaran lebih
dahulu diusahakan sikap menerima (reseptif) di Kalangan siswa, terutama berlaku
apabila siswa sebelumnya baru saja terlibat dalam suatu penguasaan yang
berstruktur, mengerjakan soal fiqih, tugas atau kegiatan, bertujuan
meningkatkan pemikiran kreatif menuntut sikap belajar yang berbeda lebih
terbuka dan tertantang berperanserta secara aktif dengan memberikan
gagasan-gagasan sebanyak mungkin untuk itu diberikan pemanasan yang dapat
tercapai dengan memberikan pertanyaan pertanyaan terbuka dengan menimbulkan
minat dan rasa ingin tahu siswa.
b. Pengaturan Fisik
Membagi siswa dalam kelompok
untuk mengadakan diskusi kelompok.
c. Kesibukan Dalam Kelas
kegiatan belajar secara kreatif
sering menuntut lebih banyak kegiatan fisik, dan diskusi antara siswa oleh
karena itu guru hendaknya agak tenggang rasa dan luwes dalam menuntut ketenangan
dan sebagai siswa tetap duduk pada tempatnya. Guru harus dapat membedakan
kesibukan yang asyik sert suara-suara yang produktif yang menunjukkan bahwa
siswa bersibuk diri secara kreatif.
d. Guru sebagai Fasilitator
Guru dan anak yang berbakat lebih
berperan sebagai fasilitator dari pada sebagai pengarah yangmenentukan
segalagalanya baigsiswa. Sebagai fasilitator gurumendorong siswa (memotivator)
untuk menggabungkan inisiatif dalam menjajaki tugas-tugas baru. Guru harus
terbuka menerima gagasa dari semua siswa dan gur harus dapat menghilangkan
ketakutan, kecemasan siswa yang dapt menghambat dan pemecahan masalah secara
keatif (Munandar, 2009 : 78-81).
2. Mengajukan dan mengundang pertanyaan
Dalam proses belajar
mengjar, diperlukan keterampilan guru baik dalam mengajukan pertanyaan kepada
siswa maupun dalam mengundang siswa untuk bertanya.
a. Tehnik Bertanya
Pertanyaan yang
merangsang pemikiran kreatif adalah pertanyaan semacam divergen atau terbuka.
Pertanyaan semacam ini membantu siswa mengembangkan keterampilan mengumpulkan
fakta, merumuskan hipotesis, dan menguji atau menilai informasi mereka.
b. Metode Diskusi
Dalammetode dikusi,
peran guru dangat menentukan keberhasilan, guru berperan sebagai pasilitator
yang mengenalkan masalah kepada siwa dan memberikan informasi seperlunya yang
mereka butuhkan unutk membahas masalah. Guru memang diperlukan misalnya jika
timbul kemacetan dalam diskusi atau untuk menghindari kesalahan yang
tersembunyi agar siswa tidak terlalu menyimpang dari arah yang dituju.
c. Metode Inquiri-Discovery
Pendekatan inquiry
(pengajuan pertanyaan, penyelidikan) dan discovery (penemuan) dalam belajar
penting dalam proses pemecahan masalah. Ada tiga tahap dalam proses pemecahan
masalah melalui inquiry, pertama adanya kesadaran bahwa ada masalah. Hal ini
merupakan factor yang memotivasi siswa untuk melanjutkan dengan merumuskan
masalah (tahap kedua), pada tahap ini masalah dirumuskan dan timbul
gagasan-gagasan sebagai strategi kemungkinan pemecahan. Melalui inquiry
informasi mengenai masalah dihimpun. Tahap ketiga adalah mencari atau
menjajaki (searching).
3. Mengajukan pertanyaan yang menantang (provokatif)
Salah satu cara untuk merangsang daya pikir kreatif
adalah dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menantang (provokatif)
antara lain dengan menanyakan apa kemungkinan-kemungkinan akibat apabila suatu
kejadian yang telah terjadi, atau dengan menanyakan suatu kejadian yang telah
terjadi, atau dengan menanyakan kemungkinan-kemungnkinan akibat dari suatu
situasi yang memang belum pernah terjadi, tetapi siswa harus membayangkan apa
saja kemungkinan-kemungnkinan akibatnya andaikan kejadian atau situasi itu
terjadi di sini.
Memadukan perkembangan kognitif (berfikir), afektif
(sikap) dan Psikomotorik (perasaan).Dalam
rangka membangun manusia seutuhnya perlu ada keseimbanganaantara semua aspek
perkembangan yaitu perkembangan mental intelektual, perkembangan social,
perkembanan emosi (kehidupan perasaan) dan perkembangan moral.
Teknik-teknik belajar kreatif dijelaskan sebagai berikut:
1. Pemikiran dan perasaan terbuka
Cara yang paling sederhana untuk
merangsang pemikiran kreatif ialah dengan mengajukan pertanyaan yang memberikan
kesempayan timbulnya berbagai macam jawaban sebagai ungkapan pikiran dan
perasaan serta dengan membantu siswa mengajukan pertnayaan. Contoh-kegiatan
pemikiran dan perasaaan terbuka
·
Menyelesaikan sesuatu
yang telah dimulai
·
Mencari penggunaan
baru dari benda sehari-hari
·
Meningkatkan atau
memperbaiki suaut produk atau benda (Munandar, 2009 : 100-1003).
2. Sumbang Saran
Tehnik yang dikembangkan oleh
Osborn ini dapat diterapak unutk memecahkansuaut masalah dalam kelompok kecil
(Sekitas 8-10 orang) dengan “menggali” gagasan-gagasan sebanyak mungkin dari
anggota kelompok. Hal-hal yang pelru diperhatikan meliputi :
a. Kebebasan dalam memberikan gagasan
b. Penekanan pada kuantitas
c. Kritik ditangguhkan
d. Kombinsi dan peningkatan gagasan
e. Mengulangi gagasan (Munandar, 2009 : 104).
3. Daftar pertanyaan yang memacu gagasan
Tehnik ini bertujuan melancarkan
arus pencetusan gagasan dalam pemecahan masalah seperti mengembangkan,
meningkatkan, dan memperbaiki suatu subyek atau situasi.dengan meninjau daftar
pertanyaan yang membantu melihat hubungan-hubungan baru.
4. Menyimak sifat benda atau keadaan
Tehnik ini digunakan untuk
mengubah gagasan guna meningkatkan atau memperbaiki suatu subyek atau situasi.
Pertama-tama semua atribut (sifat) dari suatu subyek atau situasi dicatat,
kemudian masing-masing ciri ditinjau satu persatu untuk mempertimbangkan
kemungkinan mengubah atau memperbaiki obyek atau situasi tersebut.
5. Hubungan yang dipaksakan
Tehnik lain untuk merangsang
gagasan-gagasan kreatif ialah dengan cara “memaksakan” suatu hubungan antara
objek atau situasi yangn dimasalahkan dengan unsure-unsur lain untuk
menimbulkan gagasan-gagsan baru. Maksud dari “memaksakan hubungan” ialah agar
kita dapat melepskan diri dari hubungan-hubungan yang lazim atau yang sudah
mejadi tradisi (kebiasan) untuk menjajaki kemungkinan-kemungkinan baru.
6. Pendekatan Morfologis
Pada tehnik pendekatan atau
analisis morfologis kita berusaha memecahkan suatu masalah atau memperoleh
ide-ide baru dengan cara mengkaji dengan cermat bentuk struktur
masalahPemecahan masalah secara kreatif
C.
Mengapa belajar kreatif itu penting
Refinger (1980 :
9-13) dalam Conny Semawan (1990:37-38) memberikan empat alasan mengapa belajar
kreatif itu penting.
1. Belajar kreatif membantu anak menjadi berhasil guna
jika kita tidak bersama mereka. Belajar kreatif adalah aspek penting dalam
upaya kita membantu siswa agar mereka lebihmampu menangani dan mengarahkan belajar
bagi mereka sendiri.
2. Belajar kreatif menciptakan kemungkinan-kemungkinan
untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak mampu kita ramalkan yang timbul di
masa depan.
3. Belajar kreatif dapat menimbulkan akibat yang besar
dalam kehiduppan kita. Banyak pengalamankreatif yang lebih dari pada sekedar
hobi atau hiburan bagi kita. Kita makin menyadari bahwa belajar kreatif dapat
mempengaruhi, bahkan mengubah karir dan kehidupan pribadi kita.
4. Belajar kreatif dapat menimbulkan kepuasan dan
kesenangan yang besar.
D.
Tiga tingkat belajar kreatif (model triffinger)
Dalam pembelajaran kretaif, terdapat
teknik-teknik tertentu yang penggunaanya harus disesuaikan dengan fungsi dan
tahap pembelajaran. Metode dan teknik kreatif berikut mengacu kepada model
pembelajaran kreatif dari Treffinger (1980) . Model pembelajaran kreatif oleh
Treffinger dikelompokkan menjadi tiga tingkat. Tingkat pertama, adalah
pengembangan fungsi pemikiran divergen. Tingkat kedua, adalah pengembangan
proses pemikiran dan perasaan yang majemuk. Tingkat ketiga, adalah keterlibatan
dalam tantangan nyata. Uraian dari masing tingkatan-tingkatan tesebut disajikan
sebagai berikut :
Ø
Teknik-teknik kreatif tingkat pertama
Teknik
pembelajaran kreatif tingkat pertama yang menekankan pada fungsi-fungsi
divergen in antara lain menggunakan teknik pemanasaan, pemikiran dan perasaan
terbuka, sumbang saran dan penangguhan kritik, daftar penulisan gagasan,
penyusunan sifat,dan hubungan yang dipaksakan.
Ø Tekhnik
kreatif tingkat Kedua
Dalam
teknik- Menyusun kembali (rearrange): komponen yang saling dapat
menggantikan seperti: pola, tata letak, urutan, dan sebagainya.
Pada dasarnya, kata kerja tersebut dapat disusun sendiri dengan
menyesuaikan dengan konteks atau masalah yang relevan.
menggantikan seperti: pola, tata letak, urutan, dan sebagainya.
Pada dasarnya, kata kerja tersebut dapat disusun sendiri dengan
menyesuaikan dengan konteks atau masalah yang relevan.
Ø
Teknik kreatif tingkat ketiga
Dalam
tingkat ketiga ini teknik kreatif mengupayakan keterlibatan pembelajar dalam
masalah dan tantangan nyata. Ini bermaksud agar kegiatan pembelajaran akan
lebih bermakna bagi para pembelajar untuk menghadapi masalah nyata dalam
kehidupanya. Pada tahap ini pembelajar telibat langsung dalam pengajuan
pertanyaan secara mandiri dan diarahkan sendiri. Adapun teknik yang digunakan
dalam tingkat ketiga ini adalah teknik pemecahan masalah (PMK) secara kreatif.
PMK ini merupakan teknik yang sistematik dalam mengorganisasi dan mengolah
keterangan dan gagasan, sehingga masalah dapat dipahami dan dipecahkan secara
imajinatif. Pemikiran yang logis, analitik dan divergen akan terlibat keras
dalam teknik ini.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kreativitas memerlukan adanya modal, yaitu konsep
dalam pikiran untuk dilahirkan kembali dalam bentuk yang berbeda. Dalam
pemecahan masalah, dia tidak harus mencari jawaban baru tetapi dia hanya perlu
menggali informasi-informasi dalam pikirannya untuk dikaitkan dan dituangkan
dalam bentuk solusi terhadap problem tersebut. Sedangkan Rogers menekankan
bahwa sumber dari kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasikan
diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang, dan menjadi matang,
kecenderungan untuk mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan organisme.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru
yang professional dalam menyusun program pembelajaran yang dapat
meningkatkan kreativitas siswa dalam
belajar yaitu:
1. Menciptakan lingkungan di dalam kelas yang merangsang
belajar kreatif
2. Pengaturan Fisik
3. Kesibukan Dalam Kelas
4. Guru sebagai Fasilitator
B. Saran.
Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penyusun dan bagi khalayak yang membacanya. Penyusun tahu
bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, sehingga penyusun mengharapkan saran
dan kritik dari pembaca, agar penyusun dapat menyempurnakannya.
Daftar
Rujukan
Utami, Munandar. 2009. Kreativitas dan
keberbakatan. Jakarta: Rineka
cipta.
http://ranijelita.wordpress.com/2012/12/15/mengapa-belajar-kreatif-itu-penting/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar